Skripsi
Analisa kinerja keuangan pada Kantor Cabang Bank NTT (Nusa Tenggara Timur) Atambua Kabupaten Belu
ABSTRAK
ANALISA KINERJA KEUANGAN
PADA BANK NUSA TENGGARA TIMUR ( BANK NTT ) CABANG ATAMBUA
KABUPATEN BELU
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan selama periode tertentu. Tingkat kesehatan bank sangat menentukan kualitas
dan keseimbangan sistem keuangan nasional. Menurut Thomson (1991) tingkat kesehatan
bank merupakan suatu sistem peringatan dini atas kinerja bank saat ini dan prospeknya di
masa mendatang.
Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian.
Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari
jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan. Penilaian kinerja
perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat
dicapai. Dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam
suatu perusahaan.
Penilaian tingkat kesehatan bank telah diatur pada Peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang diperkuat
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang analisis
terhadap faktor CAMEL. Peraturan ini menyebutkan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank
dilakukan melalui penilaian kualitatif dan penilaian kuantitatif atas berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank, seperti faktor permodalan (capital),
kualitas aktiva (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan
likuiditas (likuidity), juga sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk).
Persoalan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana kinerja keuangan pada kantor
Bank Nusa Tenggara Timur cabang Atambua Kabupaten Belu? †. Obyek dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan dari tahun 1997(sejak pertama berdiri) sampai tahun
2016..Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan tahun 2013 sampai
tahun 2015.Tehnik pengumpulan data mengunakan metode dokumentasi yaitu dengan
membuat salinan atau mengadakan arsip-arsip dan catatan-catatan perusahaan yang ada
mengenai neraca, laporan rugi laba, jumlah produksi, jumlah karyawan, pelayanan yang
viii
diberikan, gambaran umum perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode CAMEL sebagai alat analisis kesehatan
bank digunakan rasio CAR pada permodalan, rasio KAP dan PPAP pada kualitas aset, rasio
NPM pada manajemen, rasio ROA dan BOPO pada rentabilitas, rasio LDR pada likuiditas
Dari hasil penelitian dengan metode CAMEL pada Bank NTT cabang Atambua
Kabupaten Belu dengan di dasrkan laporan Keuangan dari tahun 2013 s/d 2016 dapat
disimpulkan bahwa Bank NTT dinyatakan dalam kategori SEHAT walaupun pada tahu 2014
ada penurunan skor dalam penilaian kinerja keuangan.Skor penilaian kinerja keuangan yang
diperoleh oleh Bank NTT selama tahun 2013 adalah sebesn 93,83 , tahun 2014 mengalami
penurunana skor dalam penilaian yaitu sebesar 89,88 dan pada tahun 2015 meningkat
kembali perolehan skor penilaian yaitu 94,50.
Penelitian mengenai Kinerja Keuangan pada Bank Syariah Mandiri Jakarta telah
dilakukan oleh Sumarti (2007) Berdasarkan hasil perhitungan rasio permodalan selama tiga
tahun, yaitu tahun 2004, 2005, dan 2006 Bank Syariah Mandiri memperoleh rasio CAR
(Capital Adequecy Ratio) sebesar 10,57%, 11,88%, dan 12,46% ≥ 8%, sehingga dapat
dikatakan sehat. Rasio KAP (kualitas aktiva produktif) pada tahun 2004, 2005, dan 2006
sebesar 1,73%, 1,05%, dan 0,52% ≤ 10,35% sehingga dapat dikatakan sehat. Rasio
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Pada tahun 2004, 2005, dan 2006 sebesar
101,02%, 106,93%, dan 101,33% lebih ≥ 81%, sehingga dapat dikatakan sehat. Rasio Return
On Assets (ROA) pada tahun 2004 dan 2005 sebesar 2,86% dan 1,83% ≥ 22%, sehingga
dapat dikatakanmsehat, sedangkan pada tahun 2006 sebesar 0,84% ≤ 1,22%, sehingga
dikatakan kurang sehat, hal ini disebabkan karena bank belum mampu untuk menghasilkan
keuntungan secara relatif yang dibandingkan dengan nilai total asetnya.
Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan pada Bank NTT pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2015, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
Nilai rasio CAR (Capital Adequecy Ratio) Bank NTT padatahun 2013, 2014, dan 2015
sebesar 74,47%, 75,95%, dan 73,87% ≥ 8% dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
Rasio kualitas aktiva produktif (KAP) Bank NTT pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sebesar
1,83%, 1,37%, dan 1,43% ≤ 10,35%. dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bank NTT pada tahun 2013, 2014, dan
2015 sebesar 124,30%, 119,96%, dan101,04% ≥ 81% dikategorikan dalam kelompok
ix
SEHAT.Rasio Return On Assets (ROA) Bank NTT pada tahun 2013 sampai 2015 sebesar
81,68% ,80,35% dan 80,25% ≥ 1,22%. dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
Rasio Biaya Operasioan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Bank NTT pada tahun
2013, 2014, dan 2015 sebesar 20,32%, 15,93%, dan 13,59% ≤ 93,52% dikategorikan dalam
kelompok SEHAT.Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional ( BOPO ) dari
tahun ke tahun selama tiga tahun dari 2013 sampai 2015 mengalami penurunan, namun masih
dalam kategori penilaian yang SEHAT.
Nilai Cash Ratio Bank NTT pada tahun 2013 sebesar 9,68% ≥ 4,05% dikategorikan dalam
kelompok SEHAT, sedangkan Cash Ratio pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 3,07% dan
3,63% ≤ 4,05% dikategorikan dalam kelompok KURANG SEHAT.
Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank NTT pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sebesar
107,52%, 108,53%, dan 108,40% ≤ 94,75%,dikategorikan dalam kelompok KURANG
SEHAT.Cash Ratio tahun 2014 dan 2015 sebesar 3,07% dan 3,63% ≤ 4,05% dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sebesar 107,52%, 108,53%, dan
108,40% ≤ 94,75%,keduanya dikategorikan dalam kelompok kurang sehat. Untuk Cash
Ratio dikarenakan mental pengusahanya kurang baik sehingga hanya mengejar keuntungan
jangka pendek dan melupakan tujuan jangka panjangnya. Disamping itu dapat juga terjadi
karena kesalahan perhitungan ataupun ada hal-hal yang diluar perkiraan atau
perhitungan.Sedangkan untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) dikarenakan pengelolaan kredit
yang belum baik dimana dana pihak ketiga yang disimpan lebih kecil dari pinjaman yang
dilemparkan oleh pihak Bank NTT sehingga menimbulkan kondisi tersebut diatas.
692/16 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain