Thesis
Misi sebagai Dialog; " Suatu tinjauan Teologis - Misiologis terhadap relasi antar budaya dalam keragaman suku dan budaya di jemaat Ebenhaezer Oeba serta Implikasinya bagi GMIT"
ABSTRAKSI Proses berteologi selalu dilakukan di dalam konteks, karena itu anggota jemaat di Jemaat Ebenhaezer Oeba (JEO) juga sedang berteologi dalam konteks mereka, konteks di mana mereka hidup dan memelihara persekutuan sebagai umat Allah. JEO dalam realitanya merupakan jemaat yang memiliki latar belakang keragaman suku dan budaya setelah berdiri sebagai jemaat mandiri. Realita ini sangat menarik untuk disimak, sebab sebagai jemaat perkotaan, tentu banyak orang yang meragukan status kesukuan dan kebudayaan dari JEO. Namun hal itu ternyata belum terbukti sebab setelah penelitian dilakukan maka telah didapatkan sejumlah hal-hal baru yang menunjukkan bahwa relasi antar suku dan budaya di JEO telah berlangsung ketika orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang suku dan budaya yang berbeda telah bersepakat untuk mendirikan JEO. Dari situlah cikal bakal terbangunnya relasi antar suku dan budaya hingga sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman sebagai akibat dari perkembangan dunia global dan modernisasi kehidupan saat ini, maka pertanyaan mendasar yang diajukan bagi realita persekutuan di JEO, apakah relasi antar suku dan budaya di JEO masih bertahan atau tidak? Masih terjalin dengan baik atau hanya sebatas memenuhi syarat? Pertanyaan ini menjadi menarik untuk disimak ketika penelitian dilakukan di JEO. Keragaman dan perbedaan entah dalam bentuk apapun, selalu memberikan hal-hal positif untuk diambil dan diterapkan, apalagi dikembangkan dalam rangka berteologi di lingkup JEO. Sayangnya, keragaman suku dan budaya yang terjadi selama ini di JEO belum menjadi pertimbangan utama demi menghasilkan program pelayanan sesuai dengan realita ini. Penelitian pun dilakukan di JEO dalam rangka menjawab pertanyaan di atas. Dengan menggunakan metode campuran yakni campuran antara metode penelitian kuantitatif (angket) dan penelitian kualitatif (observasi dan wawancara mendalam). Dari ketiga cara penelitian ini (observasi, angket dan wawancara mendalam ini) ditemukanlah sejumlah kenyataan dalam relasi antar suku dan budaya, bahwa benar JEO memiliki begitu beragam anggota jemaat dengan suku dan budaya yang berbeda, benar pula bahwa relasi antar suku dan budaya terjadi dari dulu hingga sekarang sebab terbukti dengan belum mekarnya JEO menjadi beberapa jemaat mandiri setelah 94 tahun berdiri. Namun ternyata relasi ini hanya bersifat ceremonial semata atau hanya terjadi dan terlihat jelas ketika berlangsung kegiatan hari raya gerejawi, atau bertegur sapa dan memberikan salam atau ketika terjadi acara-acara adat saja, setelah itu jarang lagi terlihat. Lalu apa yang harus dilakukan? Sejumlah teori dan landasan teologi digunakan untuk mengatasi masalah ini. Dengan menggunakan tiga perspektif sekaligus yakni teori dan teologi interkulturalisme, model sintesis (teologi kontekstual) dan perspektif misi gereja. Dari ketiga perspektif ini dianalisislah masalah relasi ini, hingga berujung ditemukannya tema dominan yaitu membangun dialog. Dialog harus terus dibangun di antara sesama anggota jemaat dan juga dialog antar para presbiter yang menjalankan pelayanan di JEO. Dengan tema membangun dialog inilah dihasilkan sebuah refleksi teologis-misiologis demi memperjelas kembali misi gereja yang akan dirancangkan dan diterapkan ke dalam bentuk pelayanan di JEO. Juga JEO sendiri telah menjadi miniatur dari keragaman suku dan budaya yang terjadi di GMIT. Dan JEO berhasil menghasilkan suatu model berteologi yang khas JEO yang dikenal dengan nama teologi keragaman. Sebab keragaman itu indah!
719/16 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain