Thesis
Liturgi Yang membebaskan; "(Suatu Tinjauan Teologis Feminis terhadap makna Liturgi Peneguhan dan Pemberkatan Nikah GMIT dan Tradisi Meto tentang Perkawinan serta Implikasinya bagi Pasangan Suami Istri dalam jemaat-jemaat Klasis Amanuban Timur)".
ABSTRAK
LITURGI YANG MEMBEBASKAN
Suatu Tinjauan Teologis Feminis terhadap Makna Liturgi Peneguhan dan Pemberkatan Nikah GMIT dan Tradisi Meto tentang Perkawinan serta Implikasinya bagi Pasangan Suami-Istri dalam Jemaat-Jemaat Klasis Amanuban Timur
“Liturgi yang membebaskan, suatu tinjauan teologis feminis terhadap makna liturgi peneguhan dan pemberkatan nikah GMIT dan tradisi Meto tentang perkawinan serta implikasinya bagi pasangan suami-isteri dalam jemaat-jemaat Klasis Amanuban Timur.†Judul ini diangkat dengan latar belakang, yakni terdapat ketidaksejajaran dalam rumusan nasihat dan perintah liturgi pernikahan GMIT. Pokok persoalannya adalah menganalisis aspek kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam liturgi peneguhan dan pemberkatan nikah GMIT dan mengupayakan liturgi kontekstual dari budaya Atoin Meto dalam jemaat-jemaat di Klasis Amanuban Timur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tradisi perkawinan dalam budaya Atoin Meto yang berkaitan dengan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dalam jemaat-jemaat di Klasis Amanuban Timur; mengetahui makna liturgi peneguhan dan pemberkatan nikah GMIT; mengetahui pemahaman suami istri tentang liturgi tersebut di jemaat-jemaat Klasis Amanuban Timur; mengetahui implikasi dari rumusan liturgi peneguhan dan pemberkatan nikah GMIT bagi kesetaraan perempuan dan laki-laki; dan mengembangkan liturgi peneguhan dan pemberkatan nikah yang kontekstual bagi jemaat-jemaat di Klasis Amanuban Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk meneliti pemahaman jemaat secara keseluruhan. Sistematika penulisan dikemas dalam enam bab. Tinjauan teologi feminis dimaksudkan untuk melihat sejauhmana tanggapan dan pendirian teologi feminis terhadap patriarki dan pembagian kerja laki-laki dan perempuan dalam tradisi Kristen (Kitab Suci, liturgi pernikahan GMIT) maupun dalam budaya Atoin Meto (tentang perkawinan Atoin Meto). Kemudian dalam penulisan ini penulis melihat kekuatan dan kelemahan yang ada dalam tradisi Kristen (liturgi pernikahan GMIT), dan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam budaya perkawinan Atoin Meto. Kemudian penulis membangun dialog antara tradisi Kristen dan budaya Atoin Meto sehingga menghasilkan suatu liturgi yang membebaskan dengan unsur-unsur liturginya sebagai berikut: Allah sebagai Ibunda, Lasi Nak Atoni, dan Rumah Tangga yang Bersekutu. Dengan demikian tujuan akhir yang dicapai adalah menghasilkan sebuah liturgi alternatif yang kontekstual dengan isinya yang membebaskan perempuan dan laki-laki dari patriarki serta mensejajarkan kedudukan perempuan dan laki-laki dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
ii
395/16 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain