Skripsi
Studi eko-fisik habitat peneluran penyu di pesisir pantai kelurahan buraen kecamatan Amarasi Selatan kabupaten Kupang
RINGKASAN
Thimotius Tanebeth (12380053) Studi Eko-fisik Habitat Peneluran Penyu di
Pesisir Pantai Kelurahan Buraen Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang;
Donny M. Bessie, S.Pi, M.Si sebagai pembimbing I dan Fanny I. Ginzel, S.Pi,
M.Si sebagai pembimbing II). Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Penyu sudah ada sejak 150 juta tahun yang lalu. Dari 7 spesies penyu yang ada di
dunia, 6 spesies penyu dapat ditemukan di perairan Indonesia. Secara biologi
kehadiran penyu pada suatu pantai dipengaruhi kondisi sebaran ekosistem dan
komposisi vegetasi pantai. Keberadaan hewan predator akan mempengaruhi
tingkat jumlah telur penyu dan tukik. Secara fisik, kehadiran penyu pada suatu
pantai dipengaruhi oleh tingkat kemiringan pantai, jenis sedimen atau pasir pantai,
tingkat keterlindungan pantai terhadap gempuran energi gelombang laut, dan
kestabilan pantai. Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan pantai yang luas
dan landai serta terletak di atas bagian pantai atau batas pasang tinggi dengan
kemiringan pantai rata-rata 30 derajat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan kondisi eko-fisik habitat peneluran penyu di pesisir pantai
Kelurahan Buraen Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survei atau pengamatan langsung
di lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder. Hasil penelitian kondisi eko-fisik habitat pantai peneluran penyu di
pesisir pantai Kelurahan Buraen menunjukan bahwa panjang pantai di Lokasi II
lebih panjang (2.460 m) dari Lokasi I (1.935 m) lebar pantai di Lokasi I berkisar
antara 30-56 m, sedangkan Lokasi II lebar pantai berkisar antara 30-64 m, Hasil
identifikasi jenis penyu sesuai jejak/track pada kedua lokasi hanya ditemukan
penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dimana di Lokasi I terdapat 2 sarang berada
dekat dengan vegetasi; sedangkan 4 sarang di atas batas pasang tertinggi. Lokasi
II jumlah 2 sarang di atas batas pasang tertinggi. Jenis vegetasi pantai rumput lari
(Spinifex litoreus) dan kara laut (Canavalta maritima) tumbuh pada substrat
berpasir sedangkan vegetasi dibelakang pantai adalah lamtoro (Lucaena
leuchochepala), asam (Tamaridus indica), dan lontar (Borrasus flabelifer) tumbuh
pada substrat tanah. suhu sarang rata-rata pada lokasi I 30,8á´¼C pada lokasi II
memiliki suhu sarang rata-rata 32á´¼C. Tekstur substrat Lokasi I di dominasi
substrat pasir (68,81%) dan debu (34,19%), Lokasi II didimonasi pasir (100%).
kemiringan pantai rata-rata pada lokasi I 3,02á´¼ dan lokasi II 2,9á´¼. jarak sarang
Pada lokasi I rata-rata jarak sarang ke pasang tertinggi 15 m dan rata-rata jarak
sarang ke vegetasi 1,8 m, Lokasi II 2 rata-rata jarak sarang ke pasang tertinggi 23
m dan rata-rata jarak sarang ke vegetasi 4,5 m. Ancaman redator alami (anjing dan
kepiting pantai),ancaman manusia aktivitas pengambilan telur penyu dan
perburuan penyu, ancaman alam terjadinya abrasi pantai yang menyebabkan
hilangnya sarang penyu.
256/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain