Skripsi
Oikumene; Suatu tinjauan eksegetis terhadap makna oikumene menurut surat Efesus 4:1-16 dan implikasinya bagi hubungan antara jemaat GMIT Hosana Deeretut dengan Denominasi lain di klasis Teluk Kabola desa pante Deere.
ABSTRAK
Teks Efesus 4:1-16 memberi gambaran tentang kehidupan berjemaat di kota Efesus yang sangat beragam. Ada orang-orang Kristen Yahudi dan orang-orang Kristen non-Yahudi. Keberagaman dalam jemaat di Efesus ini, kehidupannya diwarnai dengan begitu banyak perbedaan pemahaman dan praktek keagamaan. Orang-orang Kristen Yahudi mempertahankan identitasnya sebagai orang Kristen yang taat menjalankan aturan-aturan yang terdapat dalam Hukum Taurat. Apa yang dilakukan oleh mereka dipandang sebagai bentuk dari kehidupan yang layak di hadapan Allah. Mereka mengukur iman dari hal-hal lahiriah semata, seperti halnya “sunatâ€ÂÂ. Sebaliknya orang Kristen non-Yahudi tidak sepenuhnya menjalankan aturan-aturan itu. Mereka merupakan golongan yang lebih bebas dan memahami kelayakan mereka di hadapan Allah dengan sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Perbedaan ini kemudian dijadikan sebagai hal yang darinya muncul ketegangan-ketegangan yang berdampak pada hancurnya kesatuan mereka sebagai umat yang sama-sama telah menerima janji sebagai pewaris kerajaan Allah.
Nah, untuk mempersatukan perbedaan itu, maka sang rasul memulainya dengan menggambarkan gereja (jemaat) sebagai ‘tubuh Kristus’. Gereja sebagai tubuh Kristus itu menunjukkan perbedaan di dalamnya, namun tetap satu kesatuan dalam Kristus sebagai Kepalanya. Kesatuan dan perbedaan yang ada adalah karunia Allah, yaitu kesatuan dalam tubuh Kristus atau kesatuan gereja/jemaat. Bertolak dari pemahaman yang demikian, maka sang rasul lewat pendekatan sederhananya, namun sarat akan makna menasihatkan kepada jemaat di Efesus supaya tetap memelihara dan menjaga kesatuan itu sebagai tugas dan panggilan mereka. Sebab itu, perbedaan golongan antara Yahudi dan non-Yahudi bukan sebagai satu persoalan untuk dipertentangkan dan menjadi halangan. Melainkan itu sebagai suatu kekayaan yang terpadu dalam satu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi satu sama lain dalam mengerjakan palayanan pembangunan tubuh Kristus. Selain itu sebagai sebuah upaya memerangi kuasa gelap; ajaran sesat, sinkretisme, dan melawan guru-guru palsu dan sebagainya.
Nasihat sang rasul itu juga berlaku bagi orang percaya masa kini dalam kehidupan bersama yang beranekaragam dalam bergereja/berjemaat, khusunya jemaat GMIT Hosana dalam hubungannya dengan denominasi lain. Perbedaan-perbedaan yang ada seperti perbedaan denominasi, perbedaan teologi, perbedaan pandangan, perbedaan golongan, dan lain sebagainya bukanlah sebagai sebuah masalah untuk mengkotak-kotakkan umat Tuhan atau untuk memecah-mecahkan tubuh Kristus. Tetapi dari perbedaan itu masing-masing dengan karunianya saling melengkapi dalam pelayanan terhadap pekerjaan bagi pembangunan tubuh Kristus. Itulah panggilan mereka. Supaya seluruh dunia bersatu dan percaya bahwa Kristus adalah Tuhan. Itulah oikumene.
Ini pun tidak lepas dari peran pemimpin-pemimpin gereja/jemaat dalam mengemban panggilan pelayanan bagi misi Allah. Tujuan daripada misi Allah ialah memerangi/melawan sikap arogansi, egoistis, individualistis yang menimbulkan ketidakadilan, perseteruan/konflik, perampasan hak-hak kemanusiaan, dan sebagainya dengan sikap-sikap sebagai hamba Kristus, seperti sikap saling terbuka, kerendahan hati, lemah lembut dan saling membantu. Ini menunjukan keteladanan hidup yang menjadi berkat dan membangun kerjasama yang baik dalam hubungan bergereja/berjemaat.
274/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain