Skripsi
Pengharapan keselamatan bagi orang yang dalam kondisi kritis; Suatu tinjauan naratif terhadap injil Lukas 23:33-43 dan implikasi pastoral bagi jemaat GMIT Kefas Kampung Baru, klasis kota Kupang
ABSTRAK
Dalam kehidupan ketika berhadapan dengan situasi hidup yang mencekam, bergejolak, sulit atau diluar kendali, membuat manusia gampang kuatir, menyerah dan bahkan hilang harapan. Ketika kesehatan manusia menurun, sakit dan sampai pada tahap kritis, terkadang manusia bisa menerimanya atau bisa juga manusia menolaknya dan menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang di sekitar atau bahkan menyalahkan Tuhan atas apa yang dialaminya. Orang yang sampai pada tahap kritis sering memikirkan dua hal, yaitu antara mati atau hidup. Orang yang takut menghadapi saat-saat kritis menunjukkan bahwa ia belum siap menerima kematian yang semakin mendekat atau masih ada keraguan-keraguan lainnya. Keraguan itu bisa berupa keraguan akan pemeliharaan Allah, seolah-olah Allah membiarkan ia mati tanpa ada kasih dan pemeliharaan Allah.
Demikian juga dengan kehidupan bergereja. Dasar GMIT adalah Allah Tritunggal seperti yang disaksikan oleh Alkitab, yakni Allah menciptakan langit dan bumi, yang menyelamatkan dunia dan segala isinya dalam Yesus Kristus, dan yang terus memelihara dan merawat seluruh ciptaan-Nya dalam Roh Kudus (Efesus 2:19-20). Dasar inilah yang mengantar GMIT kepada pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia (1 Korintus 3:11). Oleh karena itu tugas gereja adalah perlu menjaga dan menumbuhkan pengharapan keselamatan dalam kehidupan berjemaat yang bergejolak (dalam keadaan sakit-kritis). Cara gereja untuk menjaga pengharapan keselamatan tetap bertumbuh dalam hati jemaat ialah dengan berjalan bersama-sama, baik majelis jemaat atau para presbiter dan juga jemaat. Jemaat tidak bergumul sendiri, namun ada pendampingan sesering mungkin ketika jemaat dalam keadaan sakit-kritis dan mengarahkan tentang pengharapan keselamatan akan kehidupan kekal di Surga bersama Allah, bukan sekedar kesembuhan fisik.
Memiliki harapan untuk keselamatan akan kehidupan kekal menunjukkan bahwa ada sesuatu yang baik yang sedang bertumbuh dalam diri kita. Harapan selalu langsung ditujukan oleh manusia kepada Allah, harapan manusia tidak akan sia-sia sebab pokok pengharapan adalah kasih Yesus Kristus. Harapan yang kita percayai dengan penuh itu adalah permohonan atau permintaan. Seperti kisah Yesus Disalibkan (Lukas 23:33-43), seorang penjahat yang bertobat memiliki pengharapan keselamatan akan kehidupan kekal dalam Yesus Kristus. Pengharapan membuat ia menyadari bahwa ia adalah manusia berdosa yang pantas dihukum atau menderita, namun sambil percaya bahwa ia membutuhkan Juruselamat diakhir hidupnya. Dalam pengharapannya ia menaruh akhir hidupnya ke dalam tangan kasih Allah. Pengharapannya mendorong ia agar memohon sekiranya ketika Yesus datang kedua kalinya sebagai Raja, Ia mengingatnya. Akan tetapi pengharapannya itu dijawab oleh Yesus: “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdausâ€ÂÂ. Bagi Allah tidak ada kata terlambat untuk memulai pengharapan akan keselamatan dalam Yesus Kristus, walaupun pengharapan kita muncul ketika akhir hidup, Allah tetap menyambut kita! Hendaklah kita terus teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, adalah penuh kasih setia.
272/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain