Skripsi
Solidaritas Allah dalam penderitaan manusia; Suatu tinjauan eksegese terhadap injil Yohanes 9:1-7 dan implikasinya bagi pemahaman dan sikap jemaat Imanuel Nifukani-klasis Soe terhadap penderitaan
ABSTRAK
Injil Yohanes diperuntukkan bagi komunitas Kristen perdana di Efesus. Komunitas itu
sebagiannya berlatar belakang Yahudi dan ada juga yang non Yahudi. Mereka selalu mengalami
pertikaian panas dengan para pemimpin Yahudi ortodoks karena ketidakpercayaan para Yahudi
ortodoks akan keMesiasan Yesus. Injil Yohanes 9:1-7, merupakan suatu penegasan bagi
komunitas Kristen perdana di Efesus mengenai perlunya suatu peralihan dari kekristenan yang
masih dikuasai oleh pemahaman Yahudi kepada kekristenan yang sesungguhnya. Atau dapat
dikatakan, iman kepada Allah di dalam Yesus menuntut komunitas itu untuk melepaskan segala
pengaruh keYahudian dan beralih ke kehidupan baru yang seturut kehendak-Nya.
Hal yang bagi Yohanes dikritik Yesus dari cara hidup komunitas Kristen perdana itu
adalah kebiasaan memandang penderitaan pribadi sebagai yang disebabkan oleh dosa.
Pandangan itu amatlah dipengaruhi oleh pemikiran Yahudi, bahwa dosa pribadi yang menderita,
orangtuanya, atau pun nenek moyangnya, dapat menjadi penyebab penderitaan seseorang di
dunia.
Yesus secara tegas menolak hal itu. Ia mengklaim diri-Nya sebagai terang bagi dunia
(Yoh. 9:5), yang telah datang memenangkan manusia dari penguasa dunia (kuasa jahat) dan
menjadikan manusia sebagai milik-Nya. Demikianlah, kehadiran Yesus pada saat itu adalah
untuk menerangi murid-murid dari pemahaman Yahudi yang membutakan itu.
Bagi Yesus, penderitaan tidak boleh didekati dengan pertanyaan seperti, apakah dosa
yang menyebabkannya atau dosa siapakah yang menyebabkannya. Yesus justru ingin
menegaskan bahwa pada penderitaan sekalipun, Allah ada dan tetap berkarya di dalamnya (Yoh.
9:3). Hal inilah yang harus lebih utama dipahami dan “dihidupi†oleh manusia dalam setiap
pergumulannya akan penderitaan. Yesus juga mengajarkan pada murid-murid untuk tidak
bersikap pasif terhadap penderitaan. Dalam penderitaan, murid-murid terpanggil untuk terus
secara aktif mengerjakan pekerjaan-pekerjaan-Nya (Yoh. 9:4).
Demikianlah, Jemaat GMIT Imanuel Nifukani-Klasis Soe yang oleh pengaruh
pemahaman budaya cenderung memandang penderitaan sebagai akibat dosa, haruslah memiliki
persektif baru. Iman kepada Allah di dalam Yesus mengharuskan Jemaat GMIT Imanuel
Nifukani untuk melihat penderitaan bukan lagi sebagai yang diakibatkan oleh dosa. Melainkan,
perasaan solider Allah terhadap penderitaan itulah yang harus terutama dipahami dan “dihidupiâ€ÂÂ
oleh jemaat. Untuk itu, maka dalam menggumuli setiap penderitaan, baik itu penderitaan pribadi
atau sesama, jemaat GMIT Imanuel Nifukani terpanggil untuk secara aktif terus-menerus
bekerja untuk dapat ke luar daripadanya.
263/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain