Skripsi
JEMAAT ADALAH KELUARGA ALLAH:sebuah refleksi teologis terhadap konflik di jemaat Siloam Oelbima yang menyebabkan terbentuknya Pos Pelayanan Ayallon Sillu
ABSTRAK Kitab suci mencatat bahwa jemaat di Efesus merupakan bagian dari sejarah. Di dalam sejarah tersebut mencacat bahwa ada permasalahan atau konflik yang terjadi di jemaat Efesus. Konflik yang terjadi di jemaat Efesus disebabkan karena adanya perbedaan di dalam gereja. Perbedaan mengenai identitas diri antara orang Yahudi dan non Yahudi. Orang Yahudi mengangggap non Yahudi bukan bagian dari keluarga Allah. Oleh karena itu, salah satu metafora yang dapat menggambarkan hubungan manusia dengan Allah sehubungan dengan konflik yang terjadi di Efesus adalah keluarga Allah (Efesus 2:11-22). Metafota tersebut menggambarkan tentang persekutuan orang-orang percaya yang memposisikan dirinya sebagai anak-anak di hadapan Allah sebagai Bapa. Oleh karena itu, Paulus menasehatkan bahwa perbedaan tidak dapat dihapuskan di dalam gereja, tetapi perbedaan-perbedaan tidak harus menjadi pemicu konflik dan memecah-belah jemaat, bahkan perbedaan tersebut dapat dijadikan potensi untuk membangun dan mempererat sebuah persekutuan. Konflik dalam jemaat sering tidak dapat dihindari, yang disebabkan oleh perbedaan suku, golongan, perebutan jabatan dan penyelewengan kekuasaan dalam gereja. Hal-hal inilah yang menyebabkan konflik yang pada akhirnya dapat terjadi perpecahan. Konflik yang terjadi di jemaat Siloam Oelbima melibatkan dua kekuasaan amaf yakni Oebola Luar dan Sillu. Amaf yang lebih dominan dalam jemaat Siloam Oelbima ialah amaf Oebola Luar, sehingga keluarganya lebih dominanuntuk memimpin dalam jemaat tersebut. Pola penanganan konflik yang dilakukan pendeta jemaat Siloam Oelbima pada waktu itu, tidak memperhatikan pentingnya kedua amaf itu. Jika dilihat dalam hakekatnya, jemaat adalah satu keluarga Allah, maka pola penanganan konflik di jemaat tidak membeda-bedakan suku atau golongan, melainkan secara menyeluruh kepada kedua pihak. Jika tidak demikian, maka itu akan memicu konflik terjadi yang dapat berakhir pula dengan perpecahan. Hakekat gereja sesungguhnya adalah persekutuan. Jemaat Siloam Oelbima, yang awalnya dibangun di atas ikatan keluarga Oebola Luar, mengalami benturan ketika beberapa orang dari daerah Sillu menjadi warga Jemaat Siloam Oelbima. Dinamika seperti ini dialami, dan akan dialami, oleh jemaat-jemaat yang berbasis gereja keluarga. Hal ini perlu disadari oleh jemaat-jemaat tersebut, para pemimpin jemaat, terutama para pemimpin GMIT, agar memperhatikan sumber-sumber yang membentuk jemaat, sehingga mampu memperkecil terjadinya konflik. Konflik yang terjadi di Jemaat Siloam Oelbima dapat dijadikan bahan refleksi bagi jemaat-jemaat GMIT, sehingga gereja mampu melakukan peranannya dengan sungguh-sungguh untuk menjaga, memelihara dan menghadirkan persekutuan jemaat sebagai keluarga Allah.
887/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain