Skripsi
KEPEMIMPINAN ATA:Suatu tinjauan teologis kontekstual terhadap pengaruh kepemimpinan Ata di Sumba Timur dan implikasinya bagi GKS Jemaat Nggongi Desa Praimadita
ABSTRAK
Orang Sumba tidak bisa dipisahkan dari kebudayaannya, karenanya kebudayaan merupakan cara mereka membangun kehidupan bersama. Orang Sumba memiliki Strata social dan itu menjadi kebudayaan yang tak terpisahkan dari masyarakat. Strata sosial yang demikian berpengaruh pada sebagian orang tidak memiliki kesempatan untuk memimpin, terlebih hamba yang dianggap belum bisa memimpin. Anggapan-anggapan seperti ini, membuat hamba tidak memberanikan diri untuk mempunyai mimpi besar menjadi pemimpin yang besar.
Melihat masalah tersebut, penulis memilih pengaruh kepemimpinan ata sebagai kajian karya ilmiah. Kepemimpinan mestinya milik semua orang tanpa memandang tuan dan hamba, sehingga pergerakan kepemimpinan adanya saling belajar dan melengkapi. Manusia adalah manusia yang memiliki kebebasan tanpa dikekang oleh orang-orang yang berkuasa. Kebebasan yang dimagsudkan penulis adalah bebas memukakan pendapatnya, melawan ketidakadilan yang terjadi dalam sistem kasta. Keberadaan ata di Sumba, tidak terlepas dari pemikiran masyarakat terkait fungsi mereka sebagai pekerja bagi tuannya. Pemikiran-pemikiran yang demikian, membuat sebagian ata takut untuk menjadi pemimpin yang besar.
Kebebasan dan sikap yang kritis terhadap sistem kasta, menjadi ciri khas dari model budaya tandingan, sehingga penulis lebih memilih model tersebut untuk tinjauan teologis kontekstual. Berangkat dari teologi sebagai manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, maka manusia diharapkan manusia yang bertanggungjawab atas semua yang diberikan Tuhan dalam dunia ini. Terlepas dari itu, manusia juga dituntut untuk hidup sebagai manusia yang berjiwa sosial, karena manusia hidup bukan untuk diri sendiri, tapi hidup sebagi keluarga Allah yang terus membangun persekutuan didalamnya. Karna itu manusia tidak mestinya memandang sesamanya sebagai manusia yang paling rendah dan tidak memiliki kemampuan dalam hal kepemimpinan.
Bertolak dari paparan diatas, maka penulis memiliki harapan yang besar, supaya gereja dan pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya untuk bergandengan tangan dalam menghadapi persoalan yang dimaksud. Dengan demikian kebebasan adalah cara yang paling baik untuk ata bebas memperjuangkan haknya sebagai manusia yang bebas. Ata harus menjadi peroriatas utama dalam hal pendidikan, karena mereka kurang memiliki pendidikan yang baik.
880/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain