Skripsi
ALLAH YANG TIDAK DIKENAL:suatu tinjauan eksegetis terhadap Kisah Para Rasul 17:22-28 dan Implikasinya bagi Pekabaran Injil di Gereja Kristen Sumba Jemaat Sobawawi
Abstrak
Pekabaran Injil adalah nafas hidup gereja, yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Gereja yang tidak melakukan pekabaran Injil adalah gereja yang kehilangan nafas atau mati. Pekabaran Injil ini sudah terjadi mulai dari zaman para Rasul sampai dengan saat ini. Dapat dikatakan bahwa ada sejumlah besar orang, dengan berbagai latar belakang dan metode yang digunakan. sNamun sangat disayangkan, bahwa amanat agung Yesus, yang adalah tugas utama gereja belum dapat terealisasi secara utuh. Apakah dengan demikian gereja bisa dikatakan gagal dalam menjalankan misi tersebut? Lalu bagaimana jalan keluarnya?
Ketika Pekabaran Injil yang ditugaskan oleh Yesus, diteruskan pertama kali oleh para rasul, agar dapat tersebar keseluruh pelosok bumi, Sumba termasuk salah satu di dalamnya. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan secara penuh bahwa gereja gagal dalam menjalankan misi dari Yesus. Misi tetap dijalankan, pekabaran Injil tetap dilakukan, nama Yesus terus diperdengarkan keseluruh negeri, namun masih ada kecendrungan penolakan terhadap berita Injil. Masih ada orang atau kaum yang belum dapat menerima Injil.
Bertolak dari masalah di atas, penulis mengambil fokus terhadap pidato Paulus kepada jemaat di Atena sebagai metode pendekatan terhadap orang-orang yang belum mengenal Allah. Ia memperkenalkan Allah sebagai yang telah disembah namum belum dikenal oleh mereka. melalui cara ini, ia meletakkan dasar pijak yang sama antara Allah yang ia percayai dengan allah yang disembah orang Atena.
Situasi pekabaran Injil yang terjadi di Atena terjadi juga dalam dunia pekabaran Injil Indonesia, di Nusa Tenggara Timur khususnya Sumba. Pekabaran Injil Gereja Kristen Sumba (GKS) masih terus berhadapan dengan kepercayaan Marapu. Kepercayaan yang sudah diwariskan secara turun temurun, menjadi adat-istiadat yang dihidupi sehari-hari, merupakan tantangan terbesar bagi GKS dalam proses pekabaran Injil yang terus dilakukan. Dalam pengkajian lebih lanjut, penulis mengambil fokus pada pelayanan pekabaran Injil di GKS Jemaat Sobawawi terhadap orang Marapu yang tinggal disekitarnya.
Jika dilihat dari letak gedung ibadah, jemaat Sobawawi di kelilingi oleh perkampungan Marapu yang hidup bersama-sama dalam keseharian. Sampai dengan usianya yang ke 29 tahun jemaat ini terus ada dalam pergumulan panjang pekabaran Injil. Mengabarkan ceritaYesus Kristus selama sepanjang 29 tahun itu, sepertinya belum memiliki dampak yang signifikan. Oleh karena itu, maka penulis ingin melihat proses pekabaran Injil dilakukan oleh para pekabar Injil di jemaat? Hal-hal apa saja yang dibicarakan dalam proses pekabaran Injil? Faktor utama apa yang membuat orang-orang yang masih Marapu tetap bertahan dalam kemarapuan mereka?
Oleh karena itu, metode pekabaran Injil yang dipakai oleh Paulus, menjadi yang penting untuk pertimbangkan sebagai salah satu metode pekabaran Injil kepada orang Marapu. Pekabaran Injil yang ditugaskan oleh Yesus, diteruskan pertama kali oleh pararasul, agar dapat tersebar keseluruh pelosok bumi. Kemudian dilanjutkan lagi oleh pekabar Injil lokal yang melakukan termasuk di daratan Sumba. Oleh karena itu pengenalan akan Allah sebagai yang mencipatakan dunia dan segala isinya adalah kenyataan yang juga diyakini dalam konteks kehidupan orang Marapu. Ia yang berkuasa atas hidup orang Kristen juga berkuasa untuk memelihara atas hidup orang Marapu.
894/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain