Skripsi
RITUAL KEMATIAN:Suatu Tinjauan Teologis terhadap Ritual Adat Kematian orang Timor dan Implikasinya bagi Komunitas Orang Timor di Jemaat GMIT Sion Oepura
ABSTRAK
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan di mana manusia itu hidup. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia selalu berinteraksi dengan orang di sekitarnya dan juga lingkungannya. Dalam interaksi tersebut tentunya terdapat suatu kebiasaan dan perilaku yang terus dilakukan berulang-ulang dan membentuk sebuah tradisi. Kebiasaan dan tradisi tersebutlah yang akan bertumbuh dan berakar dalam kehidupan manusia, sehinga tidak disadari hal ini telah mempengaruhi kehidupan manusia dan menjadi identitas dari manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan budaya. Manusia dikatakan beradab ketika ia mampu melakukan dan mengaplikasikan nilai-nilai budaya dalam kehidupannya.
Manusia selaku orang beriman meyakini bahwa realitas tertinggi yang mengadakan dan meniadakan kehidupan hanyalah Allah semata dan kematian sesungguhnya adalah jalan menuju kehidupan bersama Allah. Hal ini menggambarkan persekutuan di dalam dan bersama Allah. Namun hal ini berbeda dalam segi antropologis, kenyataanya dalam kehidupan berbudaya seringkali upacara-upacara seremonial menjadi hal yang sangat dijunjung dalam tradisi dan adat istiadat masyarakat, ruang dan lokus tertentu. Ritus dianggap sakral dan praktik kepercayaan di seputar kematian menjadikan kematian itu sendiri memiliki makna yang beragam. Kenyataannya, kebiasaan-kebiasaan dalam praktik kepercayaan masih sangat kuat dalam kehidupan masyarakat dan juga kehidupan berjemaat. Sebagai manusia yang beriman dan berbudaya seringkali hal ini menjadi perbincangan yang sangat serius berdasarkan pernyataan yang ada pada kedua hal tersebut yakni injil dan kebudayaan.
Jemaat GMIT Sion Oepura klasis Kota Kupang berlokasi di Oepura. Jumlah jemaat yang tersebar pada 12 rayon dengan jumlah jemaat 2641 jiwa yang berasal dari 555 KK. dari jumlah jemaat yang ada, suku yang paling banyak adalah suku Timor dengan jumlak 312 KK. hal ini membuat mereka hidup dalam sebuah komunitas di mana mereka masih memegang erat adat- istiadat dan tradisi yang ada. Mereka berpendapat bahwa kebudayaan dan tradisi merupakan identitas mereka yang perlu di jaga. Salah satu tradisi yang ada yaitu tradisi kematian. Menurut orang timor kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian hanyalah sebuah peralihan dari dunia ini ke dunia yang lain (fatubian ma hau bian) yaitu Dunia leluhur. Sehingga untuk mengantar orang yang meninggal ke dunia leluhur, haruslah dengan cara-cara atau ritual yang baik. Melihat fenomena ritual yang terjadi ini, ada berbagai hal dan nilai-nilai positif yang perlu dilihat dan dipelajari.
Kematian merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Agama dan budaya merupakan suatu hal tidak dapat terpisah dalam sebuah kematian. Melihat dari segi iman Kristen terkait hal ini, manusia dapat jatuh pada sinkritisme dan penyembahan berhala. Oleh sebab itu kekristenan perlu membangun sebuah dialog dan sikap kritis. Kekristenan perlu memperbaharui tanpa menghilangkan budaya yang ada sebagai identitas. Sebaliknya kekristenan juga belajar dari hal-hal positif dari budaya yang ada. Ini merupakan pergumulan gereja saat ini.
897/17 | PTK PUSAT UKAW | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak di pinjamkan |
Tidak tersedia versi lain